Search This Blog

Prof. Hassan Hanafi Ko OOT

Prof. Hassan Hanafi, guru besar filsafat, Universitas Kairo dalam simposium yang digelar oleh Lakpesdam PCNU Mesir, beberapa waktu lalu menyatakan, menentang keras gerakan-gerakan Islam seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menurutnya menolak dialog. Menurutnya, seperti dikutip hidayatullah.com (5/11), dialog sangat penting guna meraih kemaslahatan dan kemajuan umat Islam. (padahal HTI selalu mengajak dialog siapa saja justru orang NU yang kolot lagi oot yang tidak mau diajak dialog. Saya juga orang NU (mantan pengurus) tapi didak suka suudzon apalagi memfitnah).

Pernyataan Hassan itu justru menunjukkan bahwa dia sebenarnya tidak tahu tentang HTI. “Justru HTI dan HT seluruh dunia sangat terbuka untuk dialog. Kita meyakini dialog adalah pintu menyampiakan pemikiran, dan dialog itulah yang akan mengubah pemikiran. Dan dialog adalah kegiatan menonjol HT di seluruh dunia,” tandasnya. Karena itu, lanjutnya, profesor ini sangat  tidak kredibel untuk berbicara tentang HTI.
Dalam simposium itu, Hassan juga menyatakan bahwa penerapan syariah Islamiah harus ditinjau ulang. Menurutnya, hukum Islam itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman. “Syari’at Islam itu tetap, tetapi fikih bisa berubah-ubah,” tegas Hasan.

Hassan sudah kehilangan kredibilitas untuk bicara Islam kaffah. “Kalau dia bilang tidak setuju, itu biasa. Tapi kalau dia bilang setuju, itu baru berita. Mindset dia memang sangat sekuler,”. Kalau dia tidak setuju dengan penerapan syariat Islam, lalu Islam seperti apa yang dimaksud? Pola pikir seperti profesor ini merupakan ciri khas orang-orang sekuler yang berusaha meracuni Islam.

Seperti diberitakan hidayatullah.com, Prof Hassan Hanafi adalah guru besar filsafat Islam. Ia dikenal sebagai penggagas “Kiri Islam” yang dinilai mencoba melakukan gerakan kritis dalam mendobrak kejumudan intelektual di dunia Islam. Ia banyak bergelut seputar hermeneutika Al-Qur’an, yang tak dikenal oleh ulama salaf.

Dalam autubiografinya Hasan Hanafi banyak peristiwa dan pengalaman pribadinya yang telah membangkitkan kesadarannya tentang pentingnya teologi tanah, sebuah teologi yang ia imajinasikan dengan nasionalisme. Bersama Asghar Ali Engineer, ia termasuk digolongkan sebagai pemikir yang dekat dengan paham sosialis.