Search This Blog

Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir Indonesia


Rezim Suriah Manfaatkan Kekuatan Amerika Dalam Membantai Rakyatnya

Posted: 20 May 2011 11:34 PM PDT

Surat kabar al-Akhbar mengutip perkataan Asisten Wakil Presiden Republik Suriah, Mayjen Muhammad Nassif bahwa: “Hubungan dengan Washington-meskipun semua mengumumkan-bahwa tidak seburuk yang digambarkan oleh sebagian orang, sebab Amerika Serikat percaya pentingnya peran rezim Assad di wilayah tersebut dan lokasi strategis Suriah, serta perannya dalam stabilitas.” Sementara Nassif menyatakan kemarahan Suriah terhadap sikap Eropa, khususnya Perancis yang terus mendesak Paris untuk memberlakukan sanksi terhadap Suriah dan meminta masyarakat Eropa untuk mendukungnya,” katanya.

Nassif mengatakan bahwa duta besar Amerika Serikat di Damaskus, Robert Ford senantiasa membahas situasi dalam negeri Suriah.

Hubungan Amerika Serikat dengan para petinggi senior militer rezim Suriah ini menunjukkan bahwa rezim manfaatkan kekuatan Amerika secara brutal dalam menumpas rakyat Suriah yang berunjuk rasa. Bahkan rezim Suriah yakin bahwa Amerika Serikat akan menutup mata terhadap aksi-aksi penindasan yang dilakukannya terhadap para demonstran yang tak bersenjata.

Berbagai aksi penindasan dan pembantaian darah dingin terhadap para demonstran ini menegaskan pernyataan yang dibuat oleh Rami Makhluf, sepupu Presiden Bashar al-Assad bahwa Negara akan menghadapi setiap aksi protes hingga tetes darah terakhir, dan bahwa stabilitas di (Israel) terkait erat dengan stabilitas rezim Suriah.

Pernyataan bernada ancaman ini menegaskan bahwa rezim penguasa memanfaatkan kekuatan Amerika Serikat dalam melakukan penindasan terhadap rakyatnya, sehingga ia tidak peduli pembantaian paling keji yang dilakukannya terhadap warga yang mempertahankan hidupnya. Ini dilakukan oleh rezim Suriah agar tetap berkuasa dengan memanfaatkan dukungan Amerika Serikat dan entitas Yahudi (kantor berita HT, 20/5/2011).

Parlemen Inggris Membahas Situasi Tunisia Bersama Sekjen Partai “An-Nahdhah”

Posted: 20 May 2011 11:31 PM PDT

Dengan partisipasi dari gerakan an-Nahdhah Tunisia telah diadakan di kantor parlemen Inggris beberapa sesi diskusi tentang situasi terkini di Tunisia. Gerakan an-Nahdhah diwakili oleh Sekjennya Hamadi Jabali, termasuk juga Mukhtar Yahyawi, anggota badan tertinggi untuk mencapai tujuan revolusi.

Pertemuan ini dipimpin oleh anggota parlemen, Indy Slutin. Dan mereka yang hadir mendengarkan penjelasan dari Jabali dan Yahyawi seputar situasi di Tunisia setelah revolusi. Jabali memperkenalkan gerakan an-Nahdhah kepada mereka yang hadir untuk mempromosikan gerakan an-Nahdhah kepada para elit politik Inggris.

Pertemuan parlemen ini didahului oleh kunjungan duta besar Inggris di Tunisia dengan didampingi oleh anggota parlemen Inggris ke kantor pusat gerakan an-Nahdhah di Tunisia.

Jabali berbicara tentang tantangan yang sedang dihadapi Tunisia. Gerakan an-Nahdhah berusaha mendirikan negara demokratis untuk mempertahankan kebebasan individu dan kelompok, serta mengadopsi lembaga Dewan Parlemen dan Peradilan yang independen, pemerintah yang terpilih secara demokratis, hak-hak individu dan kelomok, serta hak-hak perempuan.

Dengan demikian gerakan an-Nahdhah sepenuhnya konsisten dengan tuntutan Inggris, dan sama sekali tidak menyembunyikan hubungannya dengan Inggris (kantor berita HT, 20/5/2011).

Masîrah Hizbut Tahrir di Yordania Diserang Kelompok “Preman”

Posted: 20 May 2011 11:30 PM PDT

Kantor berita United Press International (UPI) mempublikasikan sebuah berita dengan judul: “Hizbut Tahrir di Yordania Mengatakan Bahwa Kelompok “Preman” Menyerang Masîrah (Long March) Solidaritas Untuk Rakyat Suriah“.

Hizbut Tahrir yang dilarang di Yordania mengatakan pada hari Jum’at (20/5) bahwa sejumlah aktivisnya terluka akibat serangan terhadap mereka oleh kelompok “preman” ketika masîrah (long march) yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir menuju perbatasan Suriah dalam rangka solidaritas untuk rakyat Suriah, serta menuntut kebebasan dan reformasi politik.

Juru bicara Hizbut Tahrir, Mamduh Abu Sawa dalam wawancara via telepon dengan United Press International (UPI) dari tempat berlangsungnya masîrah (long march) yang bergerak dari kota perbatasan Ramtha, mengatakan: “Kami diserang puluhan preman. Mereka membawa tongkat dan batu. Mereka menyerang kami ketika kami mulai melakukan masîrah (long march) setelah shalat Jum’at dari kota Ramtha … Akibatnya puluhan aktivis kami menderita luka-luka. Anehnya, aparat keamanan tidak berbuat apa-apa sekalipun mereka berada di wilayah perbatasan. Sungguh ini tidak biasanya!”

Anehnya lagi, di wilayah perbatasan tidak ada aparat keamanan dengan jumlah yang memadai. Tampaknya ini sudah disengaja dan direncanakan, agar para “preman” memiliki kesempatan yang luas dalam melakukan penyerangan terhadap aksi masîrah (long march). Dan inilah kenyataannya.

Abu Sawa mengatakan bahwa sekitar 2.000 orang aktivis Hizbut Tahrir berpartisipasi dalam aksi masîrah (long march) yang bertujuan mendukung tuntutan rakyat Suriah yang sedang menghadapi pembantaian oleh para penguasa penjahat Suriah.

Sebelumnya, pada akhir bulan April lalu, Hizbut Tahrir juga telah menyelenggarakan aksi massa di depan kedutaan Suriah di Amman dalam rangka solidaritas untuk rakyat Suriah (pal-tahrir.info, 20/5/2011).