Search This Blog

Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir Indonesia


Bukan Memerangi Islam ?

Posted: 23 May 2011 03:34 AM PDT

We killed the man but not the ideology (Tom Ridge , The Washington Times 5/05)

Salah satu isi pidato Obama yang penting dalam merayakan 'kemenangan' Amerika setelah membunuh Osama bin Ladin adalah Amerika bukan memerangi Islam. Obama kembali menegaskan : Amerika Serikat tidak–dan tidak akan pernah–berperang dengan Islam, seperti Presiden Bush telah katakan setelah serangan 11 September, bahwa perang kami bukanlah melawan Islam. Bin Ladin bukan seorang pemimpin Muslim, ia adalah seorang pembunuh massal umat Islam.

Bahwa Osama bin Ladin bukanlah pemimpin muslim, Obama benar. Memang tidak seluruh umat Islam menganggapnya sebagai pemimpin. Bahkan tidak semua sepak terjang dan pemikirannya disetujui oleh umat Islam. Namun bukan berarti pernyataan Obama yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan dirinya dan pendahulunya Bush bukan memerangi Islam atau umat Islam, benar!

Dilihat dari sisi korban, jelas sebagian besar adalah umat Islam. Atas nama WOT ¸ perang melawan al Qaida atau Usama bin Ladin, Amerika menduduki Irak, Afghanistan, dan Pakistan , dan beberapa operasi inteligen di berbagai negara. Dan Jumlah umat Islam yang terbunuh akibat perang itu , baik secara langsung atau tidak , bukan hanya ribuan tapi ratusan ribu.

Berdasarkan Lembaga independen Iraq Body Count (IBC) yang bermarkas di Inggris mencatat jumlah korban sipil akibat kekerasan di Irak mencapai 100.709 - 110.006 orang. Bahkan hasil studi Opinion Research Business (ORB) berkerjasama dengan the Independent Institute for Administration and Civil Society Studies (IIACSS) jumlah korban yang tewas sejak invasi Amerika di Irak tahun 2003 lebih dari satu juta orang. Sementara di Afghanistan , menurut laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (maret 2011) , pada tahun 2010 saja lebih dari 2.777 warga sipil tewas di Afghanistan. Dan jumlah korban akan terus bertambah ,mengingat Amerika hingga saat ini masih melancarkan serangan barbarnya.

Kalau 3000 rakyat Amerika terbunuh dalam serangan WTC, Amerika mengatakan 'America under attack' , bagaimana dengan ratusan ribu umat Islam yang terbunuh akibat WOT ? Bagaimana mungkin Obama dan Bush bisa mengatakan bahwa ini bukan serangan terhadap umat Islam ? Yang lebih lucu lagi, Obama menambah bualannya dengan mengatakan justru Osama bin Ladinlah yang telah melakukan pembunuhan masal terhadap umat Islam. Sesuatu yang menggelikan karena tanpa ada bukti-bukti yang nyata. Bahkan untuk serangan 9-11 , hingga saat ini masih belum ada bukti kuat apakah Osama bin Ladin pelakunya. Berbagai misteri pun masih banyak belum terjawab. Seakan-akan dunia buta dan bodoh untuk menilai apa dilakukan Amerika.

Bahwa perang kontra terorisme ala Amerika ini perang terhadap Islam , bisa juga dilihat dari daftar terorist yang dibuat oleh Amerika . Sebagian besar adalah kelompok Islam yang menyerukan jihad melawan penjajahan Amerika. Termasuk Hamas yang melawan penjajahan Israel dimasukkan sebagai teroris. Sementara entitas zionis Yahudi yang telah menjajah dan melakukan pembantaian massal terhadap umat Islam di Palestina tidak dimasukkan sebagai teroris.

Agenda WOT ini pun selalu dikaitkan dengan ajaran Islam yang mulia seperti jihad, penegakan syariah dan khilafah. Ajaran Islam ini dituding negara Paman Sam sebagai motif terorisme dan tujuan para teroris. Tidak mengherankan dalam program deradikalisasi yang merupakan bagian dari WOT ala Amerika, dilakukan stigama negatif atau pengkaburan makna sesungguhnya dari jihad, syariah dan Khilafah .

Umat Islam -lewat agen-agen pemikir yang menghamba kepada Amerika - diserukan untuk merekonstruksi dan meliberalkan ajaran Islam dengan penafsiran yang sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat. Tafsir Al Qur'an, buku-buku jihadpun dijadikan barang bukti perbuatan terorisme.

Awalnya, ada yang berharap setelah terbunuhnya Osama bin Ladin, Amerika akan menghentikan perangnya di Afghanistan. Bukankah alasan Amerika melakukan intervensi untuk membunuh Osama ? Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Obama menegaskan kembali bahwa perang ini belum berakhir. Kita teringat dengan pernyataan Bush yang mengatakan 'This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time" . Artinya Perang salib melawan Islam ini memang membutuhkan waktu yang lama.

Apalagi kalau memperhatikan pernyataan Tom Ridge mantan Sekretaris Keamanan Dalam negeri Amerika dalam editorial The Washington Times (5/05/2011) . Saat mengomentari terbunuhnya Osama bin Ladin dia mengatakan : we killed the man but not the ideology. Artinya yang menjadi sasaran perang ini jelas adalah ideologi Islam yang berseberangan dengan nilai-nilai liberal yang dianut oleh Amerika Serikat. Menurutnya ini adalah adalah medan pertempuran, perang ide, dimana way of life (cara pandang hidup) Islam dan Amerika tidak bisa berdamai dan hidup berdampingan .

Pernyataan seorang pejabat tinggi senior Amerika Serikat ini bukanlah dongeng yang dibuat-buat dan bukan pula hal yang baru. Semua ini menunjukkan permusuhan abadi Barat terhadap dunia Islam bersifat agama dan peradaban yang telah berakar dalam hati dan pikiran Barat. Barat telah membangun semua hubungan ini atas dasar Perang Salib masih berlangsung. Dan ini akan terus terjadi sampai raksasa Islam (Khilafah) tidak dapat bangkit kembali. Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya." (TQS. Ibrahim [14] : 46). (Farid Wadjdi)

Fiqh Politik Muslim?

Posted: 23 May 2011 02:42 AM PDT

HTI Press. Begitulah judul presentasi Ust. Shiddiq Al-Jawi dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia saat menjadi pembicara dalam “Dialog Nasional dan Bedah Buku Fiqh Politik Muslim : Mengungkap Fenomena Pergerakan dan Perpolitikan Organisasi Muslim dan Fenomena Negara Islam Indonesia” yang diselenggarakan di Gedung Kuliah Umum Sardjito Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Judul presentasi yang merupakan judul buku itu sendiri (Fiqh Politik Muslim) dengan dibubuhi tanda tanya (?) di akhirnya adalah cara Ust. Shiddiq untuk mempertanyakan kelayakan buku karya Drs. Yusdani, M.Si tersebut untuk bisa disebut sebagai buku fiqh, sebagaimana diklaim oleh judulnya. Hal tersebut dijelaskan secara detail oleh beliau dalam beberapa poin kritik antara lain; isi buku yang tidak normatif -sebagaimana semestinya kitab fiqh- melainkan lebih ke kajian historis, sangat minimnya rujukan kitab fiqh siyasah dan malahan lebih dominan mengutip pandangan-pandangan orientalis. Selain itu, penulis juga mempersoalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dianggapnya tidak memberikan penjelasan yang tegas mengenai konsep politik, negara dan kekuasaan. Hal tersebut dipandang aneh oleh Ust. Shiddiq Al-Jawi mengingat pembahasan fiqh memang berangkat dari dalil-dalil yang dzanni dan itu bukanlah merupakan permasalahan sama sekali bagi para ulama terdahulu yang banyak merumuskan kitab-kitab fiqh. Oleh karena itu, Drs. Yusdani yang mempermasalahkan hal itu dianggap kurang kredibel untuk menulis sebuah kitab fiqh.

Ust. Irfan S. Awwas dari Majelis Mujahidin Indonesia yang juga menjadi salah satu pembedah dalam acara tersebut menyayangkan pesimisme yang dominan muncul dalam buku tersebut mengenai penegakan Syariah Islam di Indonesia. Bahkan beliau mengkritik penulis yang mengutip pendapat yang mengatakan bahwa Pakistan adalah contoh bagaimana buruknya negara Islam. Padahal kondisi Pakistan yang buruk itu bukanlah disebabkan oleh Islam melainkan lebih karena imperialisme barat. Dengan gaya retorik beliau mempertanyakan, kalau memaksakan syariah dikatakan arogan, mengapa hal yang sama tidak dikatakan pada mereka yang memaksakan demokrasi?

Sangat disayangkan Yusdani sendiri hanya memberikan jawaban-jawaban yang global dan tidak mendetail atas tiap kritikan. Termasuk pernyataan Ust. Nurwidi, salah satu peserta dari MUI dalam sesi diskusi yang menganggap bahwa penulis terlihat sangat awam untuk bisa menulis buku fiqh politik. Hal itu terlihat ketika penulis masih saja mempertanyakan posisi non-muslim dalam negara Islam, padahal Al-Qur’an maupun As-Sunnah sudah menjelaskan secara gamblang mengenai hal itu, pun diperkuat dengan fakta historis Khilafah yang tegak selama 13 abad lamanya. Lebih lanjut, Ust. Nurwidi menambah panjang pendapat bahwa buku tersebut memang tidak cocok diberi judul “Fiqh Politik” mengingat memang tidak ada sama sekali tawaran produk fiqh politik di dalamnya. Menanggapi hal itu, Yusdani yang sehari-harinya mengajar di FIAI Universitas Islam Indonesia itu dengan enteng mengatakan bahwa judul yang ada hanyalah masalah perspektif dan pertimbangan marketing. (Aryo)

Berpotensi Melahirkan Rezim Represif

Posted: 23 May 2011 01:35 AM PDT

Rancangan undang-undang (RUU) intelijen mendapat perhatian khusus berbagai kalangan. Tak terkecuali Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Lampung. Mereka menilai dalam RUU itu terdapat sejumlah pasal yang bila tidak diwaspadai bisa melahirkan kembali rezim represif lebih dari rezim Orde Baru.

''Pertama, ada kalimat atau frase yang tidak didefinisikan dengan jelas sehingga berpeluang menjadi pasal karet, seperti frase ancaman nasional dan keamanan nasional.  Juga  frase musuh dalam negeri, tidak jelas siapa dan apa kriterianya. Rumusan yang tidak jelas, kabur, dan cenderung multitafsir ini sangat mungkin disalahgunakan," kata Humas DPD 1 HTI Lampung Akhiril Fajri kemarin ketika ditemui di sekretariat HTI Lampung, Jl. Pahlawan No. 100, Kedaton, Bandarlampung.

''Bisa jadi, sikap kritis atas kebijakan pemerintah akan dibungkam dengan dalih mengancam keamanan nasional dan stabilitas serta dianggap musuh dalam negeri," tambahnya.

Kedua, sambung Akhiril, pada pasal 31 disebutkan lembaga intelijen memiliki wewenang untuk melakukan intersepsi (penyadapan) terhadap komunikasi atau dokumen elektronik serta pemeriksaan aliran dana yang diduga kuat terkait kegiatan terorisme, separatisme, spionase, subversi, sabotase, dan kegiatan lain yang mengancam keamanan nasional. ''Penyadapan bisa dilakukan tanpa ketetapan ketua pengadilan. Penyadapan tanpa izin pengadilan akan menjadi pintu penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu, bisa menyebabkan terjadinya penyadapan secara liar. Ini mengancam hak privasi warga," terangnya.

Lebih berbahaya lagi, lanjut Akhiril, tidak disebutkan siapa yang berwenang memutuskan penyadapan.

Ketiga, dalam RUU itu diusulkan pemberian wewenang kepada BIN untuk melakukan penangkapan dan pemeriksaan intensif paling lama 7 × 24 jam. Usulan itu sama saja memberi wewenang pada BIN untuk menciduk orang yang dicurigai tanpa surat perintah. ''Lalu, apa bedanya dengan penculikan? Jika usulan itu digolkan, akan lahir kembali rezim represif," tandasnya.

Menurut Akhiril, intelijen memang diperlukan dalam sebuah negara. Tapi, bukan untuk memusuhi rakyat. Juga tidak boleh menjadi alat kekuasaan demi kepentingan mengamankan status quo. ''Apalagi jika intelijen digunakan untuk memberangus setiap usaha memperjuangkan syariah Islam," tegasnya. (radarlampung.co.id, 23/5/2011)

Barokah Tanpa Riba

Posted: 23 May 2011 01:06 AM PDT

HTI Press. Keuntungan besar tetapi membuat hidup tidak tenang dan was-was disebabkan riba.

Usaha yang dibangun dari hutang bank akhirnya pailit walaupun setiap hari tidak pernah rugi. Demikian yang dikatakan salah seorang peserta workshop pengusaha (SOWAM) yang diselenggarakan  DPD II HTI Bojonegoro tanggal 22 Mei 2011.

Acara yang diselenggarakan di sebuah rumah makan Padang ini dihadiri para pengusaha dari kota ledre. Diantara peserta yang hadir adalah pengusaha roti yang telah memiliki beberapa cabang dan sedang merintis usaha baru bersama dengan peserta yang lain. (LI DPD II HTI Bojonegoro)

Ingin Sejahtera? Hanya dengan Khilafah

Posted: 23 May 2011 12:52 AM PDT

HTI Press. “Ketika ingin sejahtera dengan syariah harus disertai dengan konsep, Saya mendukung apa yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir,” tegas bahwa Bapak Manzulin dari Kec. Batu Brak. Begitulah tanggapan salah satu peserta Dauroh Dirosah Islamiyah yang diselenggarakan oleh DPD II Hizbut Tahrir Indonesia Kabupaten Lampung Barat pada hari Ahad, 22 Mei 2011 pukul 09.00 s/d 12.00 bertempat di Aula Gedung TP PKK Kabupaten Lampung Barat, Way Mengaku, Liwa.

Berbekal keyakinan tentang kewajiban mengemban dakwah dan kemuliaan bagi mereka yang beramar ma’ruf nahi munkar, maka Dauroh Dirosah Islamiyah inipun diselenggarakan. Namun, ada yang berbeda dengan materi yang disampaikan pada kesempatan kali ini. Para peserta dari berbagai kalangan masyarakat disuguhkan dengan fakta penerapan Islam yang sesungguhnya. Jika selama ini kaum Muslim hanya berpendapat bahwa Islam hanyalah sebatas ibadah ritual belaka, maka pada acara ini peserta akhirnya menyadari bahwa Islam bukanlah hanya sekedar ibadah ritual seputar sholat, puasa, zakat. Tapi lebih luas lagi, ternyata Islam merupakan nidzom (seperangkat aturan) yang lengkap mengatur seluruh kehidupan manusia.

Hal ini tampak ketika pembicara tunggal yakni Ust. Abu Fikri dari DPD I HTI Propinsi Lampung menyampaikan pemaparannya. Beliau membandingkan kehidupan saat ini yang tidak diatur oleh syariah versus ketika kehidupan diatur dengan syariah. Sebagai contoh, Human Development Index (HDI) Indonesia saat ini urutan ke-109 dari 179 negara di dunia. Bahkan angka ini lebih rendah dibandingkan Vietnam yang baru saja pulih dari sisa-sisa perang. Hanya 46,8% masyarakat yang tuntas wajib belajar. Sekitar 100 juta orang berada dalam garis kemiskinan menurut standar Bank Dunia. Belum lagi potret buram di kehidupan sosial masyarakat seperti rata-rata setiap 9 menit 21 detik terjadi kasus kejahatan di Jakarta, aborsi yang mencapai 2 juta kasus selama tahun 2009, dan lain-lain.

Semua ini terjadi ketika di Indonesia tidak diterapkan syariah. Walaupun mayoritas masyarakatnya muslim, akan tetapi hukum yang diterapkan oleh Negara merujuk kepada ideologi sekuler kapitalis yang dijajakan oleh Barat. Apakah ada korelasi antara penerapan syariah dengan kesejahteraan? Lebih lanjut diungkapkan bahwa selama syariah diterapkan secara sempurna sepanjang sejarah Khilafah, semua warga Negara mendapatkan pelayanan pendidikan gratis hingga perguruan tinggi. Begitu perhatiannya penguasa terhadap ilmu pengetahuan, sampai-sampai seorang penulis buku diberi royalti atas karyanya berupa emas seberat buku yang ia tulis. Di bidang kesehatan, pengobatan gratis diberikan tanpa syarat apapun hingga paripurna. Bahkan di Mesir, setiap orang buta diberikan pelayan yang digaji oleh Negara. Gaji guru pun tidak kalah besar, 15 dinar per bulan atau setara dengan 25 juta rupiah. Gaji pegawai Negara tertinggi berkisar 200 dinar per bulan atau setara 344 juta rupiah. Di bidang infrastruktur, Khalifah Hakam bin Abdurrahman mengerahkan 50.000 unta untuk memasok air ke perumahan penduduk secara gratis. Hingga di akhir Khilafah Usmani pun masih mampu membangun jalur kereta api dari Hijaz hingga Syam. Itulah sekelumit fakta tentang kesejahteraan di masa syariah diterapkan secara total oleh Khilafah.

Semua terwujud karena syariah merupakan aturan yang diturunkan oleh Allah SWT yang pasti sesuai dengan fitrah manusia. Bukan sistem sekuler saat ini yang hanya buatan manusia yang banyak kelemahan. Akibatnya, aturan manusia tersebut tidak mampu menjawab tuntutan hidup manusia. Fakta ini pun disetujui oleh kalangan non muslim, sebagai contoh, ketika sekelompok pemuka agama non muslim di Yogyakarta ditawarkan konsep syariah oleh Hizbut Tahrir, mereka menjawab, “Jika konsep syariah Islam yang demikian yang anda tawarkan, maka kami akan menyetujui dan mendukungnya”. Selain itu, seorang pemuka agama nasrani di Palestina menyatakan dalam acara Konferensi Media 2010 di Beirut, “Palestina saat ini tertindas karena pendudukan zionis Israel, hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya ketika Palestina dibawah naungan Khilafah Turki Usmani.”

Satu hal yang menggembirakan, tegaknya Khilafah untuk kedua kalinya merupakan janji Allah SWT yang disampaikan oleh lisan yang mulia Rasulullah SAW. Sudah sewajarnya kaum muslim meyakini hal ini sebagai wujud keimanan kepada Islam. Namun, semua ini harus diupayakan, bukan hanya berpangku tangan. Menanggapi hal itu, Bapak H. Awaludin dari Kabupaten OKU Selatan menyatakan bahwa tidak mungkin tegak syariah tanpa adanya Khilafah.

Di akhir pemaparannya, pembicara bertanya kepada peserta: “Apakah yakin kepada janji Alloh?” para peserta pun mantap mengamininya. “Apakah akan berjuang menegakkan Khilafah?” para peserta pun bertekad “SIAP”. Subhanallah, semoga janji Allah SWT segera terwujud.[]

Ust. Abu Fikri dari DPD I HTI Lampung bersemangat memaparkan materi

Ust. Abu Fikri dari DPD I HTI Lampung bersemangat memaparkan materi

Satukan hati, pikiran dan langkah untuk perjuangkan Khilafah

Satukan hati, pikiran dan langkah untuk perjuangkan Khilafah

Dusta Kebebasan Berekspresi, AS Berkonspirasi Tutup Akun Hizbut Tahrir dan Anggotanya di Laman Face Book

Posted: 23 May 2011 12:10 AM PDT

Kantor Media Hizbut Tahrir Pakistan

No          : 11022

Tanggal : 1 Jumaduts Tsan 1432 H/04 Mei 2011 M

Dusta Kebebasan Berekspresi!!

Amerika Berkonspirasi Menutup Akun Hizbut Tahrir dan Anggota-anggotanya di Laman Face Book di Berbagai Daerah di Dunia

Hizbut Tahrir Sekarang Dilarang di “Media Massa Alternatif” seperti Dilarang di Media Massa Cetak dan Elektronik

Hasil dari arahan Amerika, laman Face Book menutup akun sejumlah cabang Hizbut Tahrir, mulai dari akun kantor-kantor media dan anggota-anggotanya, termasuk laman juru bicara resmi Hizbut Tahrir di Pakistan Naveed Butt, direktur kantor media pusat, kantor media Hizbut Tahrir di Tunisia, kantor media di Palestina, dan anggota-anggota Hizb di berbagai negeri. Ini adalah yang ketiga kalinya akun Naveed Butt ditutup, disamping pembekuan akun grup-grup yang diorganisir oleh kantor media Hizbut Tahrir di Pakistan yang menyerukan penghilangan eksistensi militer dan intelijen Amerika, khususnya perusahaan-perusahaan pembunuhan dan penghancuran Amerika dari bumi Pakistan.

Sementara dari satu sisi dan dengan dalih kebebasan berpendapat, Amerika memuji laman-laman Face Book bagi perayaan karikatur yang menodai kemuliaan Rasul Muhammad saw atau pembakaran al-Quran al-Karim, di samping sejumlah laman rendahan dan menjijikkan lainnya. Sementara dari sisi yang lain, Amerika memerintahkan pentupan laman-laman Hizbut Tahrir yang mengancam Amerika, ideologinya yang palsu dan konsepsi-konsepsinya seperti demokrasi, liberalisme dan sekulerisme; dan laman yang memaparkan rincian Daulah Khilafah Islamiyah dan sistemnya kepada umat. Maka sekali lagi tersingkap jelas jati diri sesembahan barat, yaitu kebebasan berpendapat.

Lebih dari itu, barat telah memperlihatkan kekalahannya dalam peperangan merebut hati-hati yang bersih dan jujur serta akal-akal manusia, dengan menggunakan ideologinya yang bengkok. Setelah kekalahan itu, Barat kembali merujuk kepada nilai-nilai hakikinya, melalui kontrol, pelarangan, teror, kekuatan dan pembunuhan. Ini adalah nilai-nilai itu sendiri yang kita saksikan di laman internet dalam menutupi peristiwa-peristiwa benteng Ganji, Falujah dan Guantanamo. Kejadian-kejadian itu seharusnya sudah cukup untuk membuka mata mereka yag mendukung kebebasan berpendapat secara membabi buta. Merupakan satu kegilaan mengharapkan suatu kebaikan untuk umat manusia dari barat yang tidak bisa toleran terhadap sepotong kain yang menutupi wajah wanita muslimah yang memilih mengenakan niqab. Kegilaan yang sama juga menuntun para penguasa Pakistan yang berkhianat dan telah bangkrut secara intelektual, pada bulan lalu menyerang pameran Hizbut Tahrir di Islamabad, di klub jurnalis, yang diadakan untuk memaparkan rincian sistem daulah khilafah yang akan datang, di mana mereka juga merampas buku-buku yang dipajang, leaflet, poster dan diagram. Hanya berselang tiga hari setelahnya para penguasa itu menyerang para peserta aksi damai yang diorganisasi oleh Hizbut Tahrir, seperti seandainya mereka adalah pasukan musuh Amerika! Beberapa orang yang mereka tangkap masih ada di dalam penjara hingga hari ini.

Amerika dan orang-orang yang tolong menolong dengan Amerika harus mengetahui bahwa tindakan-tindakan kekanak-kanakan barat itu tidak akan bisa memaksa umat melepaskan Islam. Sebaliknya umat justru bersegera untuk mengubur dalam-dalam ide-ide barat yang rusak itu.

Kesalahan Obama dalam Pidatonya Menelanjangi Kepalsuan Politik Amerika

Posted: 23 May 2011 12:06 AM PDT

بسم الله الرحمن الرحيم

Kesalahan-kesalahan Obama di dalam Pidatonya dari Markas Besar Luar Negeri Amerika

Menelanjangi Kepalsuan Politik Amerika!

Obama semalam berpidato dari markas luar negeri Amerika, ditujukan kepada bangsa-bangsa Timur Tengah. Obama memenuhi pidatonya dengan sejumlah kesalahan. Di antaranya bahwa Amerika mendukung dan mensuport bangsa-bangsa kawasan dalam revolusinya menentang penguasa diktator yang telah menzalimi dan berbuat jahat kepada mereka … Dan bahwa Amerika akan mendukung penguasa-penguasa baru yang dimunculkan oleh revolusi itu dengan jalan menghapus sebagian utang dan mempermudah pemberian utang melalui IMF dan Bank Dunia. Obama memfokuskan hal itu pada Mesir … Di akhir pidatonya, Obama mengumumkan bahwa Amerika akan mendukung solusi dua negara di Palestina: satu negara yang aman dan tenteram untuk Yahudi dan keamanannya dijaga oleh Amerika, dan satu negara untuk penduduk Palestina, sebuah negara lumpuh yang terlucuti senjatanya! Obama lupa atau pura-pura lupa bahwa Palestina adalah tanah Islami dari laut hingga sungainya. Dan dengan izin Allah SWT akan kembali ke asalnya dan hidung musuh-musuh Islam akan tersungkur …

Orang yang mencermati pidato Obama, ia akan melihat bahwa Obama memutarbalikkan fakta. Setiap orang yang memiliki dua mata akan melihat dan mengetahui bahwa penguasa zalim thaghut di negeri-negeri kaum Muslim adalah asuhan barat khususnya Amerika. Adakah orang yang mengingkari ikatan kuat Mubarak dengan Amerika, bahkan dikatakan, Mubarak jauh lebih Amerika dari orang-orang Amerika sendiri? Adakah orang yang tidak melihat pemutarbalikan fakta oleh Amerika dalam berbagai pernyataannya selama revolusi Tahrir Square di Mesir? Saat itu Amerika mendukung sikap Mubarak dan membisikinya apa yang akan dia lakukan, sementara Amerika hanya selintas melihat Tahrir Square. Amerika sungguh telah melihat dan mendengar Mubarak berbuat jahat kepada masyarakat, membunuh ratusan orang dan melukai ribuan, dan mengobrak-abrik camp mereka. Meski demikian, Amerika tidak mengkritik atau angkat suara, kecuali ketika Amerika yakin bahwa Mubarak sudah tidak mampu lagi membunuh lebih banyak dan bahwa mereka yang berrevolusi hampir mencengkeram tengkuk Mubarak tanpa rasa takut! Pada saat itu Amerika merubah logat dan mengganti orientasi, mencampakkan Mubarak dan bergegas mencari penjaganya yang lama dan baru yang bisa mengisi posisi Mubarak untuk melayani kepentingan-kepentingan Amerika …

Hari ini Amerika menempuh jalan yang sama di Suriah. Kelembutan seruan kepada rezim Suriah sungguh terlihat jelas hingga bagi publik di Amerika bahkan dunia. Meski rezim Suriah membunuh, membantai, melukai, mencederai masyarakat, menghancurkan rumah dan masjid selama dua bulan penuh, Amerika tetap menutup mata terhadap rezim Suriah. Ketika masyakat makin intens untuk mencabut rezim, meski harus dengan kucuran deras darah, Amerika muncul dengan berbagai pernyataan malu-malu. Amerika berkata: Bashar harus memimpin perubahan politik atau mundur! Artinya revolusi masyarakat itu menentang kezaliman, kejahatan dan pembantaian oleh rezim, sementara Amerika ingin menyerahkan revolusi itu kepada pelaku kezaliman, kejahatan dan pembantaian! Seperti apa yang dilakukan terhadap Mubarak, begitu pulalah yang akan dilakukan oleh Amerika terhadap Bashar. Yaitu mempermudahnya untuk membunuh masyarakat dan berbuat jahat terhadap mereka. Jika Bashar sudah tidak mampu lagi membunuh lebih banyak, dan hampir jatuh di tangan mereka yang berrevousi, Amerika akan mengeluarkan berbagai pernyataan menjilat dan menarik dukungan kepada diktator Syam!

Amerika gembong kekufuran dan penjajahan, potretnya tidak akan bisa dipercantik oleh kesalahan-kesalahan Obama. Parfum tidak akan bisa mempercantik sesuatu yang dirusak oleh waktu. Amerika hanya memandang kepentingan materinya hingga meski seandainya pihak-pihak lain menggerutu. Bahkan Amerika bertarung dengan partnernya, Uni Eropa, dalam menjajah negeri-negeri kaum muslim seperti yang terjadi di Libya, Yaman, Bahrain dan daerah-daerah sensitif lainnya di negeri-negeri kita. Negara-negara yang dengki terhadap Islam dan kaum Muslim dan nilai-nilai yang selalu didengungkan Obama adalah kedengkian yang ditampakkan oleh Barat khususnya Amerika kepada kita di Irak, Afganistan, Guantanamo … Itu adalah pemboman terus menerus dari pesawat-pesawatnya terhadap kaum Muslim di Pakistan … Itu adalah pembunuhan oleh pengecut terhadap seorang syahid tak bersenjata di rumahnya, bukan di medan pertempuran … Itu adalah kontrol ekonomi di negeri-negeri kita melalui Bank Dunia dan IMF, menggunakan kebijakan-kebijakan utang, proyek-proyek pelayanan yang tidak produktif, inflasi riba dan hegemoni terhadap perekonomian, ekspor dan impornya sehingga negeri-negeri yang kaya mayoritasnya didera utang yang menggunung dan bunga yang mencekik! Itu adalah dukungan terus menerus kepada entitas Yahudi pencaplok tanah Palestina berikut kejahatan-kejahatan brutalnya yang terus menerus siang dan malam terhadap keluarga kita. Itu adalah nilai-nilai Amerika, bahkan itulah nilai-nilai Amerika yang paling menonjol!

Wahai Kaum Muslim: pidato Obama ini bukan sesuatu yang baru dari pidato-pidato sebelumnya. Pidato Obama itu adalah hal lama yang diperbarui. Di dalamnya ia menyebutkan apa yang telah ia sebutkan di dalam pidato-pidatonya sebelum itu, khususnya pidatonya di Kaero dua tahun lalu. Yang setengah baru adalah bahwa ia memfokuskan lebih banyak, bersuara lebih tinggi dan meninggikan intonasi dengan mendukung negara Yahudi dan melindungi keamanannya, sampai pada beberapa perkara melampaui Yahudi dalam perhatian terhadap Yahudi! Obama mengeluarkan masalah al-Quds dan para pengungsi dari pembahasan dan kadang menempatkan keduanya pada perkara-perkara emosional, bukan sebagai perkara yang mendasar. Obama meramu antara batas tahun 67 dengan pertukaran tanah dalam teks yang jelas untuk memasukkan pemukiman ke wilayah negara Yahudi dan tidak menjadi bagian negara kecil Palestina yang lumpuh terlucuti senjatanya!

Wahai Kaum Muslim: benar, pidato Obama bukan sesuatu yang baru dari pidato-pidato sebelumnya. Itu hal yang biasa dan sudah dapat diprediksi akan dilakukan Obama dan para presiden Amerika sejak munculnya masalah Palestina. Namun yang benar-benar menyakitkan adalah bahwa Obama di dalam pidatonya berpindah-pindah di negeri-negeri kaum Muslim, sampai di sini dan berkeliling, berhenti sejenak di satu negeri lalu berpindah ke negeri lainnya, seraya berkata “ini boleh” dan “ini tidak boleh”, seolah-olah negeri-negeri kaum Muslim adalah bagian dari wilayah Amerika!

Negeri-negeri kaum Muslim yang dulu menjadi motropolitan dunia dan khilafahnya tegak, dihormati oleh teman dan ditakuti oleh lawan, serta menyebarkan kebaikan di penjuru dunia. Namun sekarang, di saat khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim berubah menjadi panggung bagi Obama untuk berpindah-pindah di atas podium! Yang lebih menyakitkan adalah bahwa presiden Amerika dengan semua itu, ia mendapati para penguasa di negeri-negeri kaum Muslim dan para pendukungnya, mereka loyal dan mengangguk-anggukkan kepadanya, karena menganggap Obama memiliki kemuliaan dan perlindungan. Anggapan mereka itu akan menghancurkan mereka sendiri. Mereka tidak mengambil pelajaran dengan firman Allah SWT:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعًا

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (QS an-Nisa’ [4]: 138-139)

Demikian juga mereka tidak mengambil pelajaran dari realita-realita yang ada, di mana mereka menyaksikan kelompok mereka dicampakkan oleh Amerika setelah menyelesaikan peran mereka!

Wahai Kaum Muslim, Hizbut Tahrir menyeru Anda:

Belum tibakah saatnya Anda memahami bahwa Khilafah adalah kewajiban dari Rabb Anda, perintah dari Rasul Anda, dan jalan kemuliaan serta metode kebangkitan Anda? Belum tibakah saatnya bagi Anda untuk bersegera berjuang bersama para pejuang di Hizbut Tahrir untuk menegakkan Khilafah dan merealisasi janji Rabb Anda:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa (QS an-Nur [24]: 55)

Dan mewujudkan berita gembira Nabi Anda:

«ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

Kemudian akan ada khilafah yang berjalan mengikuti manhaj kenabian

Sehingga bumi akan disinari kembali oleh khilafah dan Amerika serta barat akan mundur ke negeri mereka sendiri jika mereka masih memiliki negeri!

Lalu belum tibakah saatnya bagi Anda untuk menghadap kepada Allah SWT dengan bersegera bertaubat sebelum kematian menghampiri Anda dan Anda menyesal?

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Maka segeralah kembali kepada (menta`ati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS adz-Dzariyat [51]: 50)

17 Jumaduts Tsaniyah 1432 H

20 Mei 2011 M

Hizbut Tahrir

Training Keluarga SAMARA Tuban

Posted: 22 May 2011 11:59 PM PDT

HTI Press. HTI DPD II Tuban, Ahad (22/05) mengadakan Training Spesial untuk mewujudkan sebuah keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Rahmah yang di sampaikan oleh Drs. Ihsan Abadi ( Direktur kuantum spirit-Surabaya), acara diadakan di Aula PWRI Jl.Pramuka Tuban dimulai pukul 09.00 WIB Sampai Selesai.

Training keluarga ini pada dasarnya diperuntukkan untuk para Pasutri (Pasangan suami istri) agar menjadi keluarga yang samara namun calon pasutri juga diperbolehkan untuk mengahadirinya guna bisa mempersiapkan keluarganya kelak menjadi keluarga samara tandas ustad hanif adnan selaku ketua DPD II HTI Tuban serta beliau juga menyampaikan perlu sekali umat Islam yang mayoritas terbesar di Indonesia untuk dapat mewujudkan keluarga yang samara apalagi melihat kondisi keluarga muslim di Negara kita yang sangat rentan sekali dengan pertikaian dan perceraian dan mungkin juga dikarenakan pemahaman Islam atau Syariat Islam yang mengatur serangakaian aturan yang kopleks dalam berluarga begitupula aturan yang mengatur hubungan atar lawan jenis itu kurang disinilah kita perlu sekali untuk mempelajari Islam dan mengamalkanya dalam kehidupan kita.

Acara Berlangsung sangat meriah dan mendapat respon yang positif dari para peserta sehingga training dapat berlangsung sampai pada waktu yang telah ditentukan tanpa ada kendala.[]

Tabligh Akbar HTI Tanbu Kalsel

Posted: 22 May 2011 10:53 PM PDT

HTI Press. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Tanah Bumbu Kalsel pada Ahad (22/5) kemarin menggelar Tabligh Akbar “Hidup Sejahtera di  Bawah Naungan Khilafah”. Tabligh Akbar ini merupakan salah satu dari rangkaian acara dalam menyambut konferensi Rajab 1432 H yang akan diselenggarakan pada 2 Juni 2011 di Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Tabligh Akbar yang dihadiri sekitar 70 orang ini menghadirkan dua orang pembicara. Hadir sebagai pembicara pertama yakni, Ust.Agus Muslim (DPD II HTI TanBu, Alumni Ponpes Gontor Jawa Timur). Beliau membahas tentang Menggapai Hidup lebih Berkah dengan Syariah.  Disamping itu beliau juga menjelaskan fakta-fakta problematika ummat hari ini serta menjelaskan solusinya sesuai Syariah Islam.

Pembicara kedua yakni, Ust. Akhid Yulianto (DPD I HTI KalSel, Dosen FE Unlam alumni S2 Wollongong University-Sidney Australia). Dalam kesempatan kali ini beliau membahas tentang Khilafah sebagai sebuah Kewajiban dan Jalan Utama untuk menerapkan Kehidupan lebih Sejahtera. Selain itu, beliau juga Menjelaskan tentang fakta sejarah, bisyarah nubuwah, ide khilafah dari dulu sampai sekarang & mengajak berjuang bersama untuk menerapkan Syariah dan Khilafah.[]

Mengejutkan! Presiden Turki Imbau Hamas Akui Eksistensi Israel

Posted: 22 May 2011 09:36 PM PDT

Pasca berbagai laporan mengenai “operasi dilomatik dan militer” Amerika Serikat pekan lalu di Turki, Abdullah Gul, Presiden Turki mendadak mengusulkan Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) untuk mengakui eksistensi Israel.

Kantor berita Fars (22/5) melaporkan, hal itu dikemukakan Gul dalam wawancaranya dengan koran Wallstreet Journal. Gul juga menyatakan dukungan negaranya terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan kebijakannya.

Menurutnya, usulan Obama soal pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 merupakan sebuah langkah penting.

Kamis (19/5), Gul menggelar pertemuan mendadak dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Ankara, dan menyatakan bahwa ia menerima pesan penting dari Obama.

Dalam beberapa hari terakhir, Washington gencar menggalang dukungan Turki terhadap kebijakan diplomatik dan militer Amerika Serikat. Senin pekan lalu, Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat, Jenderal James Catwright, berkunjung ke Ankara dan berunding dengan sejawatnya asal Turki.

Di tingkat diplomatik, Obama menginstruksikan duta besarnya, Francis J. Ricciardone, untuk mengadakan pertemuan segera dengan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Menurut laporan Wallstreet Journal, Gul di bagian lain pernyataannya menekankan, bahwa Rezim Zionis Israel berhak memprioritaskan masalah keamanan namun Tel Aviv harus memahami makna kebangkitan rakyat di negara-negara Timur Tengah. Maknanya adalah bahwa setelah ini rakyat regional tidak akan membiarkan pemerintah mereka terhinakan di hadapan politik-politik rezim Zionis.

Di lain pihak, para pengamat Turki berpendapat bahwa pernyataan Gul agar Hamas mengakui eksistensi Israel akan menyulut berbagai reaksi di dalam negeri. (irib, 22/5/2011)